WELCOME TO pebei Theater's BLOG (Blog ini berisi semua tentang Komunitas Teater PeBeI UAD)

Naskah "T.R.U.S.T (Peti Mati)"



SINOPSIS  T.R.U.S.T
T.R.U.S.T dipanggungkan dengan gaya teater realis konvensional yang merujuk pada pengertian sederhana sebagai salah satu bentuk pertunjukan yang mengejar pencapaian artistik dengan pendekatan realita mimesis kehidupan manusia. Gagasan untuk mengganti judul asli “Peti Mati” menjadi “T.R.U.S.T” dilatarbelakangi oleh tema keseluruhan dari cerita tersebut yang bermuara pada nilai-nilai kepercayaan, rasa percaya manusia dengan manusia lain. Hal itu kemudian dituliskan dalam kata Bahasa Inggris “TRUST” yang artinya “percaya”, lalu kemudian ditambahkan tanda baca “Titik” untuk memisahkan setiap huruf dalam kata tersebut adalah untuk menunjukkan maksud bahwa “ T.R.U.S.T” adalah akronim dari (T)uan (R)aden (U)rip (S)uwondo (T)ercinta yang merupakan nama figure tokoh utama dalam cerita tersebut yang hampir saja kehilangan kepercayaan dari istrinya akibat tuduhan berselingkuh dengan wanita lain ketika tokoh ini sedang tugas belajar keluar negeri, yaitu di Manila. Tuduhan istrinya tersebut diakibatkan oleh datangnya peti mati dari Manila yang disertai dokumen-dokumen dan barang-barang milik perempuan bernama Margareth. Namun keberadaan peti mati tersebut di dalam rumah keluarga Tuan Urip Suwondo ternyata hanya rekayasa suatu modus operandi penyelundupan narkotika melalui peti mati dari luar negeri dengan alih-alih bahwa peti mati itu berisi mayat, yang dimaksud agar mendapatkan kemudahan ketika melewati petugas pelabuhan. Namun modus ini telah berhasil diungkap pihak kepolisian hingga akhirnya berhasil menangkap sindikat penyelundup narkotika tersebut.
Inilah nama-nama tokoh dalam naskah tersebut :
1.      Tuan Urip Suwondo
2.      Ny. Komala (istri tuan Urip)
3.      Bibik (pembantu keluarga Urip Suwondo)
4.      Pak Mardi (supir keluarga Urip Suwondo)
5.      Pak Openg (dukun)
6.      Jeng Tike (teman arisan Ny. Urip)
7.      Jeng Merry (teman arisan Ny. Urip)
8.      Jeng Puspa (teman arisan Ny. Urip)
9.      Jeng Maksum (teman arisan Ny. Urip)
10.  Jeng Anwar (teman arisan Ny. Urip)
11.  Jeng Wita (teman arisan Ny. Urip)
12.  Zus Maryati (teman arisan Ny. Urip)
13.  Polisi 1
14.  Polisi 2
15.  Polisi 3
16.  Pihak kepolisian (beberapa figuran sebagai tokoh pendukung polisi)
17.  Penjahat 1
18.  Penjahat 2
Tim pendukung pementasan Trust :
1.      Hendra Ibnu Thoyib, A.Md : Pimpinan Produksi
2.      Dinar Saka : Sutradara
3.      M. Iqbal Al-Maududi, A.Md : Koordinator Artistik
4.      Ari Susanto : Kepala Suku (Ketua) Teater Pebei
5.      Eka S.J : Ilustrator Musik
6.      Yudhi “Becak” : Penata Cahaya
7.      Afit : Penata Cahaya
8.      Nara : Penata Cahaya
9.      Obet : Stage Manager
10.  Fatima : Make-up Artist
11.  Een : Make-up Artist
12.  Arum : Make-up Artist
13.  Amelia : Make-up Artist
14.  Dika : Dokumentator
15.  Akhir Luno No : Pendamping proses
Hari Leo AER : Pendamping Proses
T.R.U.S.T
(Tuan Raden Urip Suwondo Tercinta)

Adaptasi Naskah "Peti Mati"
karya Yessi Anwar

perubahan judul dari Peti Mati (judul asli) menjadi T.R.U.S.T adalah hasil dari perenungan teater pebei dalam rangka penyegaran dan meningkatkan "daya jual" supaya masyarakat tertarik untuk menonton.


BAGIAN I
ADEGAN. 1
DISEBUAH RUANG TAMU, ADA PETI MATI DISANA. SEORANG BABU SETENGAH TUA TENGAH NGEPEL SENDIRIAN DIMUKA SEBUAH PETI MATI YANG TAMPAKNYA BARU DIANTARKAN BERSAMA SEBUAH KOPER SERTA SEPUCUK SURAT OLEH POLISI KE ALAMAT RUMAH MAJIKANNYA ITU.
1.  BABU        :( BERDIRI DIBELAKANG PETI MATI, SEBUAH LAP DISANDANG DI PUNDAKNYA, DITANGANNYA  ADA SEPUCUK SURAT YANG SUDAH DIBUKA AMPLOPNYA. TAMPAKNYA BABU ITU TELAH SENDARI TADI MEMBERSIHKAN RUANG TAMU KEIKA POLISI DATANG MENGANTARKAN PETI MATI ).
                          Bukan main…………………………bukan main ( MERASA HERAN ) Kok iso yaaa… orang mati saja pake dikirim dari luar negeri segala. Apa disini kekurangan orang mati. La wong, semalem saja..ditipi, katanya banyak orang mati di mbali waktu ada gempa……. Mbo’ya, ngurus itu saja….. pake diluar negeri segala. Polisi kurang gawean! Kalo ngak ada kerjaan ya mbok nangkep maling dipasar sana…… dari pada ngiring wong mati…… kan mahal ongkosnyya, buang-buang duit saja, mendingan dibeliin krupuk bisa dapet sejuta, buat ngasi wong sak kampong…………. Macem-macem….. ( MEMBERESKAN KURSI DAN MEMUKUL BANTAL-BANTALNYA ) Kalo ngirim, ya mbo’ ngirim duit ! ngirim jarik kek, ngirimke mobil kek, tekek kek…… ‘kan banyak yang lain, ini ngirim mayit, mange siniki kuburan apa? Edan tenan……… ( MENGINGAT SESUATU) Apa ya katanya polisi tadi? Polisi edan! Biki repot saja………… apa ya? O iya ……..
                          ( MENIRUKAN GAYA POLISI BICARA ) Maaf, apa disini rumah Dr. R. Urip Suwondo yang pernah tinggal di Manila? Kalau beliau belum pulang kantor, bisa bertemu dengan istrinya? Apakah saudari istri tuan Urip Suwondo? Polisi edan………….! Ora karu – karuan! Buta apa? Sudah jelas nenek begini, kok ya di panggil saudari…………… polisi gendeng! ( MEMUKUL DENGAN LAP, SAMBIL TERUS BEKERJA )Kok lucu ya, dipikir-pikir kenapa tuan pakek kawin lagi disana ya? ‘kan disini udah ada nyonya. Barang kali tuan engga’ ada yang ngurus disana……… piar istri biar ada yang ngurusin, kasian juga ya? Namanya juga orang jauh dari istri. Mana belajar, mana masak sendiri, mana nyuci sendiri, mana tidur sen………….. (TERSENYUM KECIL)……… mendingan kawin, beres! Tapi ya mbo’ nyonya engga’ usah tau tuan kawin disana…………. Pake mati segal, akh………… bodo……… urusan orang! ( TERUS BEKERJA).

                          Kasian nyonya, pasti dai marah. Dua belas tahun ikut disini belum pernah liat nyonya marah sama tuan lantaran perempuan. ‘ngga tau sekarang….. ajh, polisi kurang kerjaan! (TIBA-TIBA TERTARIK PADA KOPER YANG TERLETAK DIATAS PETI MATI. SETELAH CLINGAK-CLINGUK, KANAN KIRI LALU MENDEKAT KEARAH PETI MATI, INGIN MEMBUKA KOPER NAMUN MASIH MERASA TAKUT-TAKUT)
                          Serem juga, ada peti mati dirumah, apa lagi kata polisi buta itu… lengkap dengan isinya. Kok jadi merinding, bangun – bangun makan nasi sama garem ( DIUCAPKAN SAMBIL MEMUKUL DADA ) nyonya yang ada didalam peti mati, jangan ganggu saya ya. Saya ini cuman ikut ngebatur dirumah ini. Saya Cuma babu taun Urip Suwondo.( KEPADA PETI MATI )Jangan ya nyonya. ( PENASARAN INGIN MEMBUKA KOPER) Apa ya isinya, kok ya bikin penasaran wae. Kopernya ape’ tenan, apa lagi isinya, barangkali… ( MAJU BERJINGKAT KEMUDIAN MEMBUKA KOPER) Maaf ya nyonya. Saya Cuma pengen liat daoang, g mau apa-apa. Bismillah.. wah wangi banget! Pasti wong ayu yang punya. Wah.. wah.. wa.. apa ini?( MEMEBUKA SEBUAH FOTO WANITA BULE YANG CANTIK DAN SEKSI SEDANG TERSENYUM MANIS) Bener too, cantik banget,, tenan, sumpah!
                          (TIBA-TIBA TERSENTAK KEGET SEPERTI MENDENGAR SUARA ORANG DATANG )
                          Ciloko, nyonya dating..(MELIHAT KEJENDELA, CEPAT-CEPAT MEMASUKKAN FOTO TERSEBUT. MENUTUP KOPER, MENJAUHI PETI MATI DAN PURA-PURA SIBUK KEMBALI)

ADEGAN. 2
MASIH DISEBUAH RUANG TAMU. ADA PETI MATI DISANA. NYONYA URIP SUWONDO MASUK DENGAN LETIH SETELAH BELANJA. DIA DIANTAR PAK MARDI YANG KINI TENGAH MEMBAWA SEGALA MACAM BARANG BELANJAAN, YANG JUMLAHNYA CUKUP BANYAK SEHINGGA MEREPOTKAN PAK MARDI YANG TELAH BERUSIA SETENGAH TUA ITU.

2.       BABU        : Wah nyonya sudah kembali!
3.       Ny. URIP  : ukh, letih sekali! Panas, haus..!
                     (PADA PAK MARDI) barang – barangnya di taruh di dapur saja pak.
4.       P MARDI            : baik nyonya,, (KELUAR KEDAPUR)
5.                                                 Ny. URIP               :(DUDUK MENCOPOT SEPATU) Mbok minta air es, jangan pake apa-apa!
6.       BABU        : Inggih Nyah..
7.       Ny. URIP  : (TERHENTAK KAGET) mbok! (MUNDUR MENATAP TAKUT KEARAH PETI MATI) apa.?
8.       BABU        : Peti mati nya, baru saja dating.
9.       Ny. URIP  : Peti mati? Kenapa ada disini? Siapa yang bawa kesini? Aduh.. jantungku hamper copot. (PADA DIRINYA SENDIRI, SAMBIL MEMUKUL-MUKUL DADA)
Bangun-bangun makan nasi sama garem,.. mbok?
10.  BABU        : BERUSAHA MENERANGKAN ) Anu, Nya.. tadi ada polisi dating kesini. Katanya begini, nyonya. Maaf apa disini rumah tuan Dr. urip suwondo yang pernah tinggal dimanila. Mbok bilang, ya betul pol, tapi tuan belum pulangkantor bisa bertemu dengan istrinya? Apa saudari istri tuan Urip Suwondo? Ya mbok jawab ya.. eh bukan map, nya,, polisi buta!
11.  Ny. URIP  : (TIDAK SABAR) cepet terusin mbok!
12.  BABU        : Baik nyonya, kata polisi itu, tolong sampaikan pada beliau, ini ada kiriman dari manila berupa sebuah peti mati lengkap dengan isinya..
13.  Ny. URIP  : Apa? Lengkap dengan isinya (NGERI DENGAN PETI MATI ITU) Jadi.. jadi ada mayatnya, mbok?
14.  BABU        : Iya Nyah.. (NYONYA URIP MUNDUR KETAKUTAN SEKALI) Lengkap dengan isinya, kate polisi. Polisi juga menyerahkan sebuah koper dan juga, oya sebuah surat wasiat terbuka dari… dari istrinya yang berada dalam peti mati ini, begitu kata polisi, nyonya..
15.  Ny. URIP  : (KAGET) apa? Dari istrinya? Mbok, dari siapa?
16.  BABU        : Dari istrinya yang ada dalm peti mati itu Nyah,, begitu kata polisi. Nyonya.
17.  Ny. URIP  : (HERAN BERCAMPUR BINGUNG) tidak mungkin, tapi, mana surat wasiatnya, mbok!
18.  BABU        : (MENGAMBIL SURAT WASSIAT DIATAS KOPER) Ini, nyah. Sudah dibuka polisi.
19.  Ny. URIP  : (MEMBACA SURAT WASIAT TERSEBUT DALAM HATI, NAMUN TAMPAKNYA NYONYA URIP KURANG MENGERTI BAHASA INGGRIS) Mbok, apa lagi kat polisi itu?
20.  BABU        : Polisi engga’ bilang apa-apa lagi, nyonya.
21.  Ny. URIP  : Ada barang-barang lainya?
22.  BABU        : Itu cuman koper. (MENUNJUK PADA KOPER DIATAS PETI MATI)
23.  Ny. URIP  : (BERGEGAS MENUJU KE KOPER, TAPI MUNDUR KEMBALI. TAKUT PADA PETI MATI) Bawa kesini, cepet!
24.  BABU        : Baik nyonya, (MELETAKKAN DIATAS MEJA LEBAR NYONYA URIP)
25.  Ny. Urip   : (MENATAP PADA PETI MATI) buka mbo’1 keluarkan isinya. Itu apa? Ya, itu yang ini. Benar! Pakaian wanita? Bagus sekali, o jadibenar apa yang dikatakan polisi itu, coba buka lagi. ( BABU MENGELUARKAN FOTO WANITA YANG CANTIK DAN SEXY. MENYERAHKAN PADA NY. URIP )
26.  BABU        : (PADA DIRINYA SENDIRI) KOK, AYU YA?
27.  NY. URIP  : (SAMBIL MEMANDANG FOTO) Rupanya benar juga apa yang dikatakan dukun itu. Aku harus berhati-hati pada suamiku,, keterlaluan (TERUS MEMANDANGI FOTO WANITA BULE ITU). Benar-benar keterlaluan bagaimana mungkin mas Urip dapat berbuat begitu di Manila. Dia begitu alim selama ini, dia begitu jinak di depanku.. kurang ajar..!
(BERGEGAS KEARAH KOPER, NY URIP MENGELUARKAN ISI KOPER YANG LAIN DAN MELEMPARKANNYA DENGAN MARAH KIAN KEMARI) benar-benar laki-laki buaya..!
Awas nanti ( NYONYA URIP MENEMUKAN SEKOTAK KONDOM. BENDA ITU SANGAT MERANGSANGNYA UNTUK MARAH BESAR). Kurang ajar! Buaya darat! Rupanya selama ini aku bergaul dengan sejenis binatang keparat..! ini benar – benar suatu penghianatan. Aku tidak menyangka dai akan berbuat seperti itu. ( NYONYA URIP MEMBENDUNG TANGISANNYA). Dua belas tahun membina rumah tangga hanya ini hasilnya.. hanya ini? Okh, malangnya nasibku. Kenapa aku membiarkan dia belajar ke luar negeri. Seharusnya aku dapat mencegahnya. Seharusnya aku selalu siap untuk mencurigai setiap laki-laki, meskipun suamiku yang aku cintai. ( IA TAK TAHAN MENAHAN ISAK TANGISNYA ). Tapi, tapi aku tak mampu,, aku tak kuasa membayangkan suamiku berada dalam spelukan seorang wanita bule keparat itu. Aku memang tak mampu,, inikah akibatnya jika seorang istri terlalu mempercayai suami,,. Laki-laki penghianat!
28.  BABU        :(MENCOBA MENGHIBUR) sudahlah, nyonya! Barangkali saja polisi telah salh alamat…
29.  NY. URIP  : tapi ini sudah jelas mbo’ ( MENAHAN ISAK)
30.  BABU        : nanti nyonya tanyakan saja pada tuan. Barangkali polisi buta itu memang kurang awas kerjaannya.
31.  NY. URIP  : (AGAK TERHIBUR) jam berapa mbo’? saya haus…
32.  BABU        : mbok ambilkan sebentar nyonya! (KEBELAKANG MENGAMBIL AIR)
RUANGAN SUNYI SEKETIKA. NYONYA URIP DUDUK LESU TERMANGU.
33.  BABU        : ( MASUK MENYERAHKAN MINUMAN) ini nyonya, sebentar lagi kayaknya tuan akan pulang… ( NYONYA URIP MINUM SAMPAI TANDAS) lagi, nyah.?
34.  NY. URIP  : ( MASIH TERISAK) nanti sore saya arisan disini, mbo’. Siapkan kue-kue dan minumannya.
35.  BABU        : inggih nyonya. Ruanganya mbok’ bereskan sekarang saja..
36.  NY. URIP  : jangan, nanti saja..!
37.  BABU        : nakh, itu suara orang dating. Biar mbo’ liat. Benar nyonya,,, tuan dating! ( MENYINGKIR KEDEKAT PETI. IA DUDUK DISANA).
ADEGAN. 2
MASIH DISEBUAH RUANG TAMU. ADA PETI MATI DISANA. TUAN DR. R. URIP SUDOWO PULANG DARI KANTOR. DAI TAMPAK LELAH SEKALI, BARANGKALI DIA TURUN NAIK BIS KOTA. DIA SEORANG PEGAWAI NEGERI YANG JUJUR. TUAN URIP S. BERKACAMATA TEBAL. BERPERAWAKAL INTELEKTUIL TULEN. IA KALI INI BERKEMEJA PUTIHMENGENAKAN DASI DAN MEMNJINJING TAS BESAR.
38.  TN. URIP  : ( MASUK DENGAN LELAH, BINGUNG MENYAKSIKAN RUANGAN YANG PORAK PORANDA. ADA PETI MATI. ISTRINYA BERDIAM DIRI. SUNYI). Apa yang terjadi dengan rumah ini? Apa yang terjadi, dik? Siapa yang meletakkan peti mati disini? Kenapa ruamh ini seperti kapal pecah. Dik mala, katakanlah apa yang tengah terjadi? (NYONYA URIP BERDIAM SERIBU BAHASA) dik mala, ada apa? (MEMBUJUK)
39.  NY. URIP  : (MEMANDANG SUAMINYA DENGAN TAJAM. NY.URIP MENYERAHKAN SURAT WASIAT. DIA TETAP DIAM SAMBIL MENAHAN TANGIS)
40.  TN. URIP  : apa ini? (MEMBACA DENGAN CEPAT) aneh? Marga? Margarette? Siapa dia! Aneh,. (MENCOBA BERPIKIR TENANG SAMBIL MELONGGARKAN DASI) aneh1
41.  NY. URIP  : (BTAJAM). Bacakan surat wasiat itu untuk saya. Bacakan dengan jujur, jangan kau bohongi aku lagi. Permainanmu sudah berakhir! Bacakan cepat!
42.  TN. URIP  : ( MERASA ANEH MELIHAT ISTRINYA. IA MEMBACA) dear … urip…
43.  Ny. URIP  : bacakan dengan bahsa saya. Bukan dengan wanita bule gendakmu itu!
44.  TN. URIP  : (MELANJUTKAN MEMBACA). Surat wasiat ini aku tulis ketika maut telah hadir diambang pintu. Tiba-tiba aku merasa sangat rindu padamu. Kerinduan yang diambang kematian, kekasih/ aku tau akan segeramati. Penyakit itu begitu menyikasa diriku. Urip berada di dekat sisiku barngkali surat ini tak akan renah aku tulisan. Aku selalu inging dekatmu. Aku kepengen dikubur ditanah airmu, di tanah kekasih yang tercinta. Dengan cinta yang meluap,,. Ttd margerette.
RUANG SEPI. HATI NONYA URIP TERIRIS PILU. DIA TERISAK, SEMENTARA TUAN URIP BERPIKIR MONDAR MANDIR. TAK LAMA KEMUDIAN.
45.  TN. URIP  : engkau percaya isi surat ini, dik? (TAK ADA JAWABAN) percaya, dik?
46.  Ny. URIP  : (TANDAS) mengapa tidak? Bukti-bukti ini telah bicara dengan jujur. Benda-benda ini telah bercerita tentang semuanya. Seandainya seribu mulut yang mengatakan ini padaku belum tentu aku mempercayainya. Tapi.. ini! (MELEMPARKAN FOTO WANITA BULE DAN KONDOM PADA SUAMINYA)
47.  TN. URIP  : ( MEMUNGUT SEMUANYA) foto siapa ini dik? Aku tidak kenal wanita ini! (MEMBALIK FOTO ITU. LALU MEMBACA TULISAN DIBELAKANG FOTO ITU) margarette siapa dia? (MELETAKKAN FOTO TERSEBUT DIATAS PETI MATI)
48.  NY. URIP  : jangan pura-pura!
49.  TN . URIP : tapi… dik mal..
50.  NY. URIP  : tidak ada tapi-tapi. Ayo.. mengaku saja terus terang apa yang telah kau perbuat dimanila? Rupanya seorang bajingan besar telah dikirim pemerintahan keluar negri untuk melabuhi istrinya. Sungguh suatu pilihan yang sangat terpuji.
51.  TN. URIP  : dik mala aku belajar…. Aku belajar disana. Bukankah gelar doctor yang taku raih adalah buktinya?
52.  NY. URIP  : ya.. ya betul. Gelar doctor itu telah membuktikan bahwa kau seorang bajingan tulen. Engkau telah meraih doctor dalam gelar ilmu berkhianat dengan nilai sangat memuaskan (MENGEJEK)
53.  TN. URIP  : dik mala, engkau telah menuduhkan sesuatau yang paling buruk kepada suamimu.
54.  NY.  URIP : Karena engkau telah berbuat sesuatu yang paling baik bagi istrimu.
55.  TN. URIP  : tapi aku tidak pernah melakukannya. Dik… percayalah., semua ini hanya satu kekeliruan besar.
56.  NY. URIP  : tidak mungkin. Semua ini merupakan kenyataan bahwa laki-laki dilahirkan untuk dicurigai. Selama ini aku begitu percaya padamu.
57.  TN. URIP  : Tapi kekeliruan bisa saja terjadi. Pecayalah padaku, dik mala. Aku tak pernah punya kesempatan untuk berbuat begitu selama di Manila. Aku terlalu sibuk belajar! Waktuku terlalu sempit untuk melakukan hal-hal semacam itu.
58.  YN. URIP  : Ya! Engkau telah mengambil kesempatan dalam kesempitan. (MENGANCAM) Sekaarang ceritakan apa yang sesungguhnya terjadi disana?
59.  TN. URIP  : (SETENGAH PUTUS ASA) aku belajar.. belajar dik..
60.  NY. URIP  : (MARAH) belajar! Belajar! Hanya itukah yang dapat kau kata katakana padaku. Apakah kau hanya ingain menagtakan bahwa kau jauh hanya ingin menagatakan bahwakau jauh lebih pandai dari semua orang. Sementara jiwamu kotor! Teryata kau hanya seorang laki-laki rendah yang kebetulan saja menyandang  gelar sarjana dan lolos dari pengamatan pemerintah. Tapi kau tak mungkin dapat lolos dari pengamatan kami. Meskipun aku hanya seorang wanita dengan pendidikan rendah. (FORMIL) saya harap Dr. R. Urips Yth, berkrnan menyampaikan pada istrinya yang boidoh tentang apa yang telah diperbuat selama belajar dia Manila. Selahkan..
61.  TN. URIP  : Dik mala, sabarlah…. Percayalah….
62.  NY. URIP  : (MARAH BESAR) Tak adakah yang bisa kau katakana kecuali, percayalah, sabarlah belajar! Lagi-lagi hanya it yang aku dengarn( MENANGIS). Tuhan telah lama meninggalkan kita.barangkali semenjak dua belas tahun yang lalu. ( SEPERTI PADA DIRINYA SENDIRI ) Doaku tak pernah didengarnya. (MENANGIS)
SUNYI. HANYA ISAK TANGIS. BABU IKUT MENGUCURKAN AIRMATA. TUAN URIPBINGUNG. MENGAMBIL SURAT WASIAT. MEMBACA SEKALI LAGI. TERNYATA MASIH TERDAPAT SEBUAH LAMPIRAN. SEBUAH VISUM REPERTUM DARI SEORANG DOKTER TENTANG MAYAT WANITA BULE ITU YANG BERADA DALAM PETI MATI.
63.  NY. URIP  : (SAMBIL MENGHAPUS AIR MATA) semua ini memang salahku. Aku tak mampu melahirkan anak-anakmu, rahimku tak mampu menumbuhkan benihmu yang subur itu. Dau belas tahun kita membina rumah tangga, kita hanya menyusuri suasana kosong. Lengang, tanpa tangis seorang bayi. Tanpa rengek seorang bocahpun….
Telah banyak dokter yang kita dayangi tapi mereka nihil, mereka semuanya bodoh!mereka tak mampu membuat sepasang suami istri bahagia. Bahkan dokter-dokter bodoh itu menuding diriku. Aku tidak akan percaya lagi padan mereka….
(KEPADA SUAMINYA) dank au! Kau kini dibarisan mereka. Kau berada dibarisan orang-orang yang tidak aku percayai. Selama ini aku begitu terpesona pada kesabaranmu. Pada kesabaran jiwamu menghadapi kenyataan ini. Namun ternyata aku telah bercermin diair yang kotor penuhbangkai yang busuk.
Kepercayaanku padamu telah membutakan diriku. Sekarang apa yang kau inginkan?
64.  TN. URIP  : dik mala… aku tetap tresno padamu. Aku cinta
65.  NY. URIP  : cinta?... cinta yang kau buktikan dengan cara menghianati cinta itu sendiri. Alangkah agungnya wujud cintamu. Alangkah seburnya rumah ini dengan deburan cintamu. Betapa inginya aku mengabadikan keagungan cintamu dalam kalbuku. Seharusnya pemerintah menganugrahimu bintang emas untuk rasa cintamu yang agung itu.
66.  TN. URIP  : Dik mala, aku bersumpah demi tuhan…
67.  NY. URIP  : Jangan kau bawa nama Tuhan dalam bisnis ini.
Tuhan telah lama meninggalkan kita. Barangkali semenjak dua belas tahun yang lalu. (SEPERTI PADA DIRINYA SENDIRI) doaku tidak pernah didengarkan..
68.  TN URIP    : Jangan begitu dik Mala. Itu murtad namanya, kau harus eling….      
69.  NY. URIP  : ( TERNYATA PAHIT ) Murtad ? Ya …..Murtad ! Tapi aku murtad dengan jujur. Aku murtad disaksikan suamiku yang pernah aku cintai sepenuh hati, yang selama ini menopang hasratku untuk terus hidup dalam kenelangsaan, dalam kebimbangan……………... ( PADA SUAMINYA )Tapi kau ! Kau penipu besar ! Kau pengecut !Kau dengar itu ? Apapun yang kau katakan sekarang ini tak ada artinya bagiku. Seluruh bayangan dirimu yang selama ini aku bentuk dalam jiwaku telah binasa. Kepercayaanku padamu telah runtuh. ( TERTAWA PAHIT )  DIA telah menutup halaman kasihnya padaku……….aku kini sendirian………( MATANYA KOSONG ).
70.  TN URIP    : Dik Mala, kita harus bersyukur pada Tuhan. DIA masih berkenan memberi kita hidup dan member kita tempat berteduh. Tuhan Maha Agung, DIA berhak menentukan segalanya.
71.  NY. URIP  : Barangkali benar DIA Maha Agung. Sebuah keagungan yang dipamerkan dengan cara penyiksa seorang perempuan.
72.  TN URIP    : Dik Mala, kata-kata itu sangat berbahaya. ( DENGAN SABAR ) Selama ini tampaknya kau memendam sesuatu katakanlah, dik………
73.  NY. URIP  : Ya, aku memendam sesuatu. Kenyataan adanya wanita yang tak mampu mengabdikan rahimnya pada suaminya untuk melahirkan anak, membuat aku goyah. Bagiku,seorang wanita yang tak mampu menjadi ibu dari anak-anaknya, bagai sebatang padi hampa ditengah-tengah sawah yang subur. Dia tidak berguna !. Tuhan telah membuat kekeliruan yang terburuk untuknya. Bukankah Tuhan menciptakan Siti Hawa mendampingi Adam ntuk melahirkan putra-putra Adam ? Wanita dilahirkan untuk melahirkan anak. Itu kodrat Alam ( TERMANGU).
74.  TN URIP    : Tidak dik Mala. Wanita dilahirkan bukan untuk melahirkan anak . Wanita dilahirkan untuk hidup. Dan hidup pemberian Tuhan. Kita harus mengabdi pada Tuhan dengan cara menghargai hidup………
SUNYI. KEDUA SUAMI ISTRI ITU TERCENUNG.
75.  TN URIP    : Dik Mala……Memang kita ditakdirkan untuk belum memiliki keturunan sampai hari ini. Namun ini bukan berarti bahwa kita telah ditinggalkan-NYA. Tuhan Maha Pemurah, DIA akan selalu member jalan pada umatnya yang sabar untuk meraih kebahagiaan. DIA akan memberikan pada kita berdua wujud-wujud kebahagiaan dalam sisi hidup kita yang lain. Percayalah, dik Mala ( TUAN URIP MEMEGANG PUNDAK ISTRINYA )
76.  NY. URIP  : Saya telah menantinya…
77.  TN. URIP  : Sabarlah,  dik Mala. Aku dapat menyalami perasaanmu. Akupun sangat merindukan seseorang anak yang lahir dari rahim perempuan yang aku cintai. Namun Tuhan menentukan lain. Kita harus pasrah…………
78.  NY. URIP  : Dik Mala, bukankah selama ini Tuhan selalu memberkati kita. Insyaallah aku selalu dibimbingNYA dalam study. Bukankah ini suatu rahmat. Semua itu merupakan suatu kebahagiaan bagiku. Dan aku rasa kebahagiaanku juga kebahagiaanmu….karena kau istriku……
79.  NY. URIP  : ( MENATAP TAJAM ) Sudah lama aku menunggu kalimat-kalimatmu yang indah itu. Akhirnya kalimat-kalimat yang memuakkan itu lahir juga dari mulutmu Kini aku semakin yakin bahwa kau benar-benar laki-laki yang paling egois dimuka bumi ini. Kau adalah suami yang hanya mementingakan kesenangan dirimu sendiri. Kau menganggap apa yang membahagiakan dirimu merupakan kebahagiaan didiriku. Disana kau keliru………
80.  TN URIP    : ( BERUSAHA MENAHAN DIRI )Bukan  itu maksudku, dik Mala. Kau telah salah tanpa.
81.  NY. URIP  : Maksudku memang bukan itu. Tapi aku tidak peduli dengan maksud-maksudmu. Sementara aku merintih mendambakan seorang anak, kau berkubang dalam timbunan buku-bukumu untuk melariakn diri dari kenyataan pahit ini dengan berkedok dengan kepasrahana atas nama Tuhan. ( KETAWA SINIS ) Dan semua itu kau namakan kebahagiaan?kebahagiaan kita berdua ?
82.  TN URIP    : Dik Mala, akau tidak bermaksud melukai hatimu. Seharusnya kau mengerti bahwa manusia memiliki kemampuan yang terbatas. Ia dibatasi oleh kodrat kemanusiaannya.
83.  NY. URIP  : Mas Urip, masih ingatkah kau ketika kau melamarku pada orang tuaku. Waktu itu aku merasa engkau merenggutkuksn diriku dari bangku sekolahku. Padahal ketika itu aku tengah bergumul dengan buku-buku pelajaran untuk menghadapi ujian akhir sekolahku. Namun cepat aku usaikan masa sekolahku. Aku tak kecewa ketika itu, karena aku sadar bahwa seorang wanita disiapkan untukmewujudkan kebahagiaan hidupnya dalam pengabdiannya pada suami dan anak-anaknya. Ibuku selalu mengajarkan itu padaku, aku percaya apa yang dikatakan. Dia seorang perempuan yang sangat baik. Dia telah menyiapkan aku untuk menjadi permpuan seperti dirinya. Namun ternyata aku tak diberi kesempatan untuk mengemban hakku.
84.  TN URIP    : Tampaknya engkau sangat lelah, dik Mala. Kau perlu istirahat. Dik Mala, ingin minum ? ( MEMANDANG BABU YANG DUDUK DI POJOK ).
85.  NY. URIP  : Tidak.
SUNYI, KEDUA SUAMI ISTRI ITU TERCENUNG.
86.  NY. URIP  : ( PERLAHAN DATAR ) Jika aku mendengar tangis seorang bocah aku merasa dituding seribu jemari. Jika aku melihat sebuah keluarga yang yang ruang tamunya porak-poranda oleh tangan-tangan bocah yang tengah bermain, aku merasa Tuhan sungguh sungguh tidak adil. ( MAKIN MENAIK ) Kenapa diciptakan wanita-wanita malang seperti diriku, sementara begitu begitu banyak wanita-wanita yang berlimpah ruah dikaruniai anak ? kenapa begitu banyak remaja putri yang hanya oleh nafsunya, terdorong melahirkan anak di luar perkawinan diberi kesempatan untuk menjadi ibu dari anak-anaknya ? Sementara di sini seorang perempuan yang telah disahkan agamanya untu menjadi seorang ibu dari anak-anaknya yang bakal lahir, menunggu dengan sia-sia kehadiran seorang anak ? adilkah itu ?
87.  TN URIP    : Sabar…….sabarlah, dik Mala. Ini suatu cobaan.
88.  NY. URIP  : ( GERAM ) Dan kini, apa yangyang tampak di ruang tamukeluarga Dr.R.Urip Suwondo ? Sebuah ruang tamu yang porak-poranda bukan oleh tangan bocah-bocah yang bermain,tapi oleh hadirnya sebuah peti mati hasil permainan……….
89.  TN URIP    : Suudahlah, dik Mala. Sudahlah…….( SEPERTI ORANG TOLOL ) Apa yang harus aku perbuat ?
90.  NY. URIP  : Kau telah menyempurnakan kematianku di dalam hidup ini!
SUNYI. KEDUA SUAMI ISTRI ITU TAMPAK LELAH. SEMENTARA BABU TERISAK DIPOJOK RUANG. NYONYA URIP TETAP TIDAK BERGERAK, AIR MUKANYA ANTARA KOSONG DAN DENDAM. TIBA-TIBA IA MEMANDANG KEARAH PETI MATI. SUAMINYA MENGIKUTI GERAK GERIK DENGAN MATANYA. TUAN URIP TAMPAK SEDIH MELIHAT TINGKAH LAKU ISTRINYA.
91.  NY. URIP  : (BERDIRI MENDEKATI PETI MATI) untuk lebih memuaskan hatiku, aku ingin bertatap muka dengan wanita bule yang ada didalam peti mati ini. Aku ingin berdialog langsung dengan dirinya. Dia harus mengetahui sesuatu hal yang sangat penting. Aku ingin mengatakan padanya bahwa dia telah salah pilih mencintai seorang penghianat. (PADA SUAMINYA). Aku ingin peti mati itu segera dibuka….
92.  TN. URIP  : jangan dik! Jangan (SEPERTI KETAKUTAN)
93.  NY URIP    : Kau takut melihat wajah gendakmu itu. Wajah seorang wanita yang pernah kau belai?
94.  TN URIP    : wanita itu sangat berbahaya..
95.  NY URIP    : (KETAWA MENGEJEK) memang sangat berbahaya bagimu. Karena aku akan memperjelas kebusukkanmu.
96.  TN. URIP  : (MENGAMBIL SURAT WASIAT) dik mala, disini terlampir sebuah visum repertum dokter, yang mengatakan bahwa wanita itu mati oleh sejenis penyakit perut yang sangat menular. Sebaiknya peti mati itu jangan dibuka. Kita bisa ditulari penyakit wanita itu!
97.  NY. URIP  : tapi aku harus mengatakan sesuatu pada wanita bule itu. Aku ingin berdialog langsung dengannya secara wanita dengan wanita. Aku tak rela kaumku dijadikan mangsa laki-laki busuk seperti kau!
98.  TN. URIP  : tapi dia telah mati.
99.  NY. URIP  : Ya, dia telah mati… ( TERCENUNG)
SUNYI. SEMUA SIBUK DENGAN PIKIRANNYA SENDIRI-SENDIRI. BABU DUDUK DENGAN GELISAH. SEMENTARA ITU NYONYA URIP SEPERTI TELAH MENEMUKAN SESUATU.
100.    NY. URIP: baiklah, peti mati itu tak perlu dibuka. Tetapi aku akan tetap berdialog dengan wanita itu. Aku akan menggunakan cara lain. Aku akan memanggil roh wanita bule itu dengan bantuan seorang dukun. Aku ingin dukun itu menjadi perantara dialog kami.
101.    TN. URIP  : dik mala, itu tidak mungkin.
102.    NY URIP  : kenapa tidak?
103.    TN URIP  : dik mala itu namanya syirik, Tuhan tak akan memberi ampunan   bagi orang yang syirik.
104.NY. URIP:(SEOLAH-OLAH TAK MENDENGAR UCAPAN SUAMINYA. DIA BERPALING PADA BABUNYA YANG SENDARI TADI MEMANDANG DENGAN SEDIH) Mbo’ ! cepat panggilin pak mardi… cepet, mbo’!
105.    BABU       : Inggih nyonya (KELUAR CEPAT)
106.    TN. URIP : dik mala ( GELENG – GELENG KEPALA. MENENGADAH SEOLAH OLAH BERDOA)
PAK MARDI LALU MASUK DIIKUTI BABU. BABU DUDUK KEMBALI DEKAT PETI MATI. TUAN URIP TAMPAK KUYU. TAK MAMPU MENCEGAH ISTRINYA. DIA TAK MAMPU BERBUAT APA-APA. LALU IA DUDUK DIKURSI. HARI SUDAH SEMAKIN SORE.
107.    P MARDI : Nyonya memanggil saya?
108.    NY. URIP : kemari, pak mardi. Coba panggilkan dukun tempat saya biasa  pergi. Katakana ibu komala mengharapkan kedatangan beliau.
109.    BABU       : (BERGEGAS SETELAH MELIHAT KECENDELA) anu, nyonya… teman- teman nyonya sudah pada dating.!
110.    TN. URIP : ( SEPERTI MENEMUKAN SESUATU GAGASAN IA MENUJU TELEPON) saya akan menelepon polisi. Barangkali dapat membantu memecahkan masalah ini.
111.    NY URIP   : ( LANGSUNG MEMOTONG DENGAN BERANG) tidak.. tidak bisa.. saya tidak ingin rumah tangga saya disiarkan pada semua orang. Polisi hanya akan menjadi corong yang akan membuat kita lebih malu. Aku tak ingin! Aku ingin membuktikan sendiri!
TUAN URIP MENGANGKAT BAHU. TERMNANGU. NY URIP MEMANDANGNYA DENGAN BENCI. TEDENGAR SUARA WANITA-WANITA DAN TERTAWA.
112.     NY. URIP   : (PADA PAK MARDI) dukun itu jangan dibawa masuk sebelum arisan saya selesai, paham?
113.    P MARDI : Pham, nyonya. Saya berangkat….. ( KELUAR)
114.    NY URIP   : Mbo’. Cepat bereskan semuanya! (SAMBIL MEMASUKKAN SEGALANYA KEDALAM KOPER KECUALI FOTO YANG TERGELETAK DIATAS PETI MATI, TERLUPAKAN) kopernya letakkan didalm. Bawa taplak dan bunga mawar yang di vas putih…
115.    BABU       : ( BERGEGAS HENDAK KELUAR) Inggih, Nya…
116.     NY. URIP   : Mbo’! kertas putih, gunting dan pulpennya sekalian….
117.    BABU       : Inggih, nyonya. ( KELUAR. SETELAH ITU BEBERAPA KALI BABU KELUAR MASUK UNTUK SEGALA KEPERLUAN ARISAN)
BAGIAN II
ADEGAN I
MASIH DISEBUAH RUANG TAMU. ADA PETI MATI DISANA. TUAN URIP BERDIRI DENGAN KIKUK MENYAMBUT TAMU – TAMU ISTRINYA. SEMENTARA BABU SIBUK MEEMASANG TAPLAK MEJA DAN MELETAKKAN VAS BUNGA DIATAS PETI MATI NYONYA URIP BERUSAHA TENANG. AI BERUSAHA TERSENYUM PADA TAMU – TAMUNYA.
SUARA – SUARA
118.    WANITA  : (DARI LUAR)      dag… jeng Mala.
119.    NY URIP   : silahkan.. silahkan masuk, jeng..
(JENG MERRY DAN JENG PUSPA MASUK)
120.    J MERRY & PUSPA: DaG.. jeng mala ( MENCIUM NYONYA URIP)
121.    J MERRY  : Ekh… mas urip… apa kabar mas?
122.    TN URIP   : Baik… baik, jeng. Silahkan…
123.    J MERRY  : Kok kayanya mas urip kurusan pulang dari manila ? ( PADA NY URIP) Jeng Mala sih, mas urip kelewatan divorsir… ( KETAWA PENUH ARTI)
124.    NY URIP   : ( KETAWA KECUT) Akh.. jeng merry, macam – macam saja. Silahkan duduk, jeng…
125.    TN URIP   : Silahkan, jeng… saya kedalam dulu! (MASUK)
MASUK JENG TIKE SENDIRIAN
126.    J TIKE       : hai … jeng mala. Apa kabar?
127.    NY URIP   : baik, jeng. Silahkan.
128.    J TIKE       : ( MELIHAT JENG MERRY ) HaY… JENG MERRY ( MEREKA SALING MEMBURU DAN BERCIUMAN) kangen banget… kemana aja, jeng merry?
129.    J MERRY  : (KETAWA) biasa toch… bisnis!
MASUK JENG WITA. IBU ANWAR DAN IBU MAKSUM. MEREKA BERBASA – BASI SUASANA RIUH RENDAH. SALING BERTUKAR CAKAP DLL. SEJURUS KEMUDIAN.
130.    NY URIP   : bagaimana? Kita mulai saja?
131.    J PUSPA   : Sebentar dulu deh.. kita ngobrol dulu ya?
132.    J TIKE       : Iya, engga’ usah kesusu… mana mas urip jeng mala?
133.    NY URIP   : ada didalam. Maklum pulang kantor… cape…
134.    J TIKE       : Anu lo… suaminya zus maryati…
135.    J MERRY  : Kenapa suaminya zuz maryati?
136.    J TIKE       : Iya… suaminya kan tugas belajar ke amerika…. Kalo engga’ salah empat tahun…
137.    J WITA     : Cukup lama ya…? ( PADA IBU MAKSUM)
138.    J MERRY  : Gimana critanya. ( ANTUSIAS) mbok ya nek crita jangan putus-putus, jeng tike..
139.    J TIKE       : (BATUK – BATUK KECIL) akh.. sampek keselek. Jeng merry hot banget… sabar dong. Engga’ suah kesusu, alon – alon asal kelakon… gitu ‘kan kata mas urip ya, jeng mala? (SEMUANYA TERTAWA PENUH ARTI. NYONYA URIP NYENGIR). Anu lho…… jeng. Suaminya zuz Maryati  ‘kan tugas belajar keluar negeri….itu lho, program Doktor…. Seperti mas Urip, ya jeng Mala?( Ny. URIP MENGANGGUK ) Mula – mula sih, suratnya datang terus,sebulan dua kali . Malahan sering ngirim – ngirim barang …..bagus – bagus lho, jeng . Tapi belakangan ini kata zuz Maryati , suaminya jarang ngirim surat malah katanya kalau ngirim surat isinya cuma basa-basi …..zuz Maryati khawatir suaminya ada apa- apa disana ………….
140.    J PUSPA   :  Ada apa – apanya bagaimana, jeng Tike ?
141.    J MERRY  : Akh,jeng Puspa …..kura – kura dalam perahu pura – pura tidak tahu. Maksudnya punya simpanan disana begitukan ya,  jengTike ( MENGANGGUK )
142.    J TIKE       : Iya ……Maklum orang laki – laki ……………..
143.    J MERRY  : Dimana – mana sama saja , tidak bisa dipercaya .
144.    J TIKE       : Mana jauh dari keluarga…………………..
145.    J PUSPA   : ‘ kan kurang pengawasan ………………..
146.    J TIKE       : Empat tahun  bukan sebentar, lho jeng.
SEMUANYA MENGIYAKAN PENDAPAT
147.    J MERRY  : Iya lho, mana dingin disana .Mana engga’ ada yang ngurus ……tentu saja kesepian…kalau dipikir – pikir ngeri juga ya , jeng Wita ?(JENG WITA MENGANGGUK )
148.    J PUSPA   : Untung suami saya engga’kemana – mana . Cuma turun kedaerah – daerah saja………itu saja saya  sering nunut jadi sekretaris pribadi  ( JENG WITA SENYUM )
IBU MAKSUM DAN IBU ANWAR TERPESONA OLEH OBROLAN TERSEBUT.
149.    J MERRY : Iya ….jeng Puspa sih , selalu siap jadi palang pintu .
SEMUANYA TERTAWA.NYONYA URIP TAMPAK INGIN SEGERA MENYELESAIKAN OBROLAN TSB. SELAMA OBROLANBERLANGSUNG DIA DIBANTU IBU ANWAR DAN JENG WITA MEMPERSIAPKAN BENDA – BENDA ARISAN . SELAMA OBROLAN BERLANGSUNG MEREKA TIDAK TAHU ADA PETI MATI DIRUANG TAMU TSB . MEREKA BEGITU ASYIKNYA. BABU SIBUK MENGELUARKAN KUE – KUE .
150.    NY.URIP : Bagaimana ?mari kita mulai ( MENGOCOK LOT )
151.    J MERRY : Sekarang bulan yang keberapa, jeng Mala?
152.    NY. URIP : bulan ketiga. Bulan yang lalu saya yang menerima. Jeng Merry  sudah menerimakan ? ( JENG MERRY MENGANGGUK )         
 SEMUANYA MENGELUARKAN AMPLOP BERISI UANG . MELETAKKAN DI MEJA . TATA CARA ARISAN BERLANGSUNG .
153.    J TIKE       : Ini zus Maryati nitip . Putranya sakit harus dibawa ke rumah sakit sore ini . ……
154.    B MAKSUM: Ini titipan dari ibu Radjab Gani . Ibu Radjab Gani kurang sehat.
SETELAH DIHIMPUN . LOT DIKOCOK . IBU = IBU YANG BELUM DAPAT DEG – DEGAN SEDANG YANG SUDAH SANTAI – SANTAI SAJA . MALAH ADA YANG SECARA TIDAK SENGAJA MELIHAT PETI MATI . WANITA ITU JENG MERRY .
155.    NY.URIP  :  ( MEMBUKA LOT YANG KELUAR )Wah
156.    J PUSPA   :  Siapa ?
157.    NY.URIP : Zus Maryati yang nerima bulan ini . (MEMPERLIHATKANNYA PADA SEMUA IBU – IBU )
158.    J PUSPA   : Kok tadi saya yang deg – degan ya . Saya kira saya yang bakal nerima .
159.    J MERRY  : Iya, rejekinya zus Maryati . Soalnya dari tadi  diomongin terus …….barangkali dirumah kupingnya ngieng – ngieng ( MELIHAT LAGI KE PETI MATI ).
160.    J TIKE       : Biar saya saja yang ngasih ke zus Maryati, ya jeng  Mala ?( NY.URIP MENGANGGUK )
161.    NY URIP   : Silakan diminum, seadanya………….
SELAGI MINUM JENG MERRY BERBISIK – BISIK DENGAN JENG PUSPA . JENG PUSPA MELIHAT KEARAH PETI MATI . KEMUDIAN BERBISIK KESEBELAHNYA . BEGITU SETERUSNYA MAKA SUASANA BERBISIK – BISIK YANGSERUPUN TERJADILAH .SUASANA BERBISIK – BISIK ITU MELAHIRKAN SUASANA CANGGUNG. ADA YANG TAKUT . ADA YANG PINGIN TAU , YANG BERPANDANG – PANDANGAN . PENDEK KATA MEREKA BERTANYA – TANYA DALAM HATI . NYONYA URIP MERASA APA YANG TENGAH TERJADI NAMUN NYONYA URIP BERUSAHA TENANG . AKHIRNYA……………………
162.    J MERRY : Jeng Mala , kok pinter bener ngatur ruangan ?
163.    J TIKE       : Iya… serasi betul, ya jeng puspa? Jeng mala kayaknya punya bakat seni. Ruangan ini sungguh nyaman rasanya…
164.    J PUSPA   : kita jadi kerasan duduk disini. Sejuk dan nyaman seperti ditaman. Apa sih rahasianya, jeng?
165.    NY.URIP  : (SENYUM TERPAKSA) Akh… biasa aja…
166.    J WITA     : dekorasinya sederhana tapi anggun….
167.    J TIKE       : exotic dan eklusif.
168.    B ANWAR: (PADA IBU MAKSUM) rasanya kita perlu belajar sama jeng mala, ya bu maksum ( IBU MAKSUM MENGANGGUK)
SEMUANYA MENUNGGU KOMENTAR NY.URIP .NYONYA URIP MAKLUM ,TAPI PURA – PURA TIDAK TAU.SUASANA CANGGUNG HADIR KEMBALI
169.     J MERRY : Anu lo jeng… anu, jeng mala( MENUJU PETI MATI)
SEMUANYA ANTUSIAS DAN MENGIAKAN UCAPAN JENG MERRY.
170.    NY URIP   : Oo…. Itu. Akh, biasa-biasa saja, jeng. Itu ‘kan Cuma oleh – oleh mas urip waktu pulang dari manila ( BERUSAHA TENANG. DENGAN SENYUM BANGGA BERJALAN KEARAH PETI MATI)
TEMAN – TEMAN NYONYA URIP SEMUA TERNGANGA. MEREKA PADA BERDIRI.
171.    NY URIP   : Diluar negeri, sekarang sedang musim-musimnya gaya dekorasi seperti ini.
172.    J MERRY  : (HERAN) Meletakkan peti mati di ruang tamu?
173.    NY URIP   : (TENANG) Ya… menghias ruang tamu dengan peti mati. (BANGGA) ini ‘kan antic, jeng. Coba resapkan dalam-dalam dari segala ara.
TEMAN – TEMAN NYONYA URIP MENYEBAR UNTUK MERESAPINYA. MERESAPI SEPERTI SEDANG MEMILIH BARANG – BARANG DI TOKO.
174.    NY URIP   : Bagaimana? ( PADA JENG TIKE) Bagaimana jeng tike, cukup eksotik dan eksklusif to?
175.    J TIKE       : (AGAK RAGU-RAGU) Ya.. ya…
176.    NY URIP   : Ternyata jeng tike punya bakat seni juga.
177.    J TIKE       : Ya, sangat eksotik dan eksklusif..
178.    J WITA     : Ya, sederhana tapi anggun…
179.    B ANWAR  : Angker tapi anggun…
180.    NY URIP   : Nakh, ibu anwar rupanya juga cukup berselera tinggi.
181.    B MAKSUM: Kokoh dan berseri…
182.    J PUSPA   : Mewah dan intelek…
183.    J MERRY  : Ya, nyeni… dan… dan…
184.    NY URIP   : (LANGSUNG MEMOTONG) Antik!...
SEMUANYA MENGUCAPKAN KATA ANTIK DAN TERPESONA. SEMUANYA BERGEGAS – GEGAS MENDEKAT KEARAH PETI MATI.
J MERRY          : Hebat sekali mas urip. Sungguh-sungguh berselera tinggi….
185.    J PUSPA   : Jeng mala, apa dengan isinya sekalian?
186.    NY URIP   : Ya, kalo perlu boleh juga. Malah lebih antic!
187.    B MAKSUM: Itung persedian buat nanti..
188.    B ANWAR  : Kalo mati.
189.    J TIKE       : Disini ‘kan belum ada ya, jeng mala?
190.    NY URIP   : (TANGKAS) tentu saja belum. Ini ‘kan model dekorasi terbaru diluar negeri..
191.    J MERRY  : Jeng mala sangat beruntung.
192.    NY URIP   : akh… kebetulan saja mas urip pulang dari sana.
193.    J WITA     : Mas urip memang seorang suami yang baik, tau apa yang harus di oleh-olehi buat istrinya.
194.    J TIKE       : Iya dong, jeng wita. Namanya saying istri…
SEMUA IBU – IBU TERTAWA. TERPESONA. NGIRI.
195.    NY URIP   : Akh…  jeng tike bisa saja.
196.    J PUSPA   : Sayang, suami saya Cuma turne kedaerah saja. Belum ada kesempatan….
197.    J TIKE       : Harganya mahal ya, jeng?
198.    NY URIP   : cukupan kalau di hitung dengan rupiah, sekitar dua seperempat juta.
199.    B MAKSUM    : Wah… mahal sekali.
200.    J ERRY      : namanya barang import. Tapi gengsi dong.!
SEMUANYA TAMPAKNYA SANGAT BERSELERA PADA PETI AMTI TERSEBUT. MEREKA MEMANDANG DAN MEMEGANG PETI MATI TERSEBUT BERULANG-ULANG DAN MENGATAKAN KATA-KATA PUJIAN SEPERTI TADI. TIBA – TIBA JENG TIKE MENGAMBIL FOTO YANG KEBETULAN TERLETAK DIATAS PETI MATI ITU. BABU LUPA MEMASUKKANB FOTO ITU KEDALAM KOPER,.
201.     J TIKE      : foto siapa ini, jeng?
IBU – IBU YANG LAIN ANTUSIA
202.    J MERRY  : Wakh… sexy banget! Senyumannya… (MENDECAH)
203.    NY URIP   : (AGAK GUGUP) O… itu… biasa saja. Foto…
204.    J TIKE       : Dari sana juga, jeng?
IBU – IBU YANG LAIN JUGA IKUT BERTANYA.
205.    NY URIP   : Ya… ya dari sana juga. (LEBIH TENANG. MENGAMBIL FOTO ITU DARI TANGAN JENG TIKE DAN MELETAKKANNYA KEMBALI DI MUKA PETI MATI). Begini lho, jeng. Ini pasangannya. Saya lupa memajangnya… maklum…
206.    J MERRY  : Iya, ‘kan masih baru. Biasa jeng.
207.    BU MAKSUM: Jadi harus sepasang ya jeng?
208.    NY URIP   : iya dong, bu maksum. Biar lebih kokoh dan berseri.
209.    J PUSPA   : Bagaimana kalau pasangannya foto kita sendiri apa boleh, jeng?
210.    NY URIP   : boleh – boleh saja. Tapi yang lebih sreg kalau sepasang begini. Lebih mewah dan intelek.
IBU – IBU MENGAGUMI KEMBALI. SEMUANYA BERPENCAR UNTUK MENIKMATINYA.
211.    J TIKE       : Kalau bunga ini, bagaiman, jeng? Dari sana juga?
212.    NY URIP   : o.., bunga mawar itu tidak. Kalau yang itu bebas. Diatas ini boleh – boleh dipajang, vas bunga, atau patung, pokoknya diatas ini bebas mau dihias macam – macam hiasan, menurut selera kita. Untuk tempat meletakkan sesajen buat malam jumat kliwon juga bisa boleh lo? (SAMBIL TERSENYUM)
213.    J WITA     : Akh,.. jeng mala bergurau… indah sekali…
SEMENTARA YANGLAINSEDANG TERKAGUM – KAGUM JENG MERRY DAN JENG TIKE TAMPAK MERUNDINGKAN SESUATU. AKHIRNYA….
214.    J TIKE      : (MENDEKAT) Jeng mala sangat beruntung (MENCIUM NYONYA URIP)
215.    J MERRY  : (MANJA) Jeng mala, boleh donk kita foto di muka peti mati antic ini… boleh ya, jeng ? ( MENCIUM NYONYA URIP)
216.    J TIKE       : Betul, jeng mala. Lami sangat berbahagia kalau diizinkan berpose bersama dekorasi antic ini. Buat pajangan dirumah.
IBU – IBU YANG LAIN MENGAKURI USUL JENG MERRY DAN JENG TIKE.
217.    NY URIP   : (BINGGUNG. GUGUP) tapi… saya…
218.    J PUSPA   : Boleh ya,.. jeng. Sekali ini saja.
219.    J MERRY  : ( MANJA ) sekali saja… jeng.
220.    NY URIP   : bagaimana ya,,, soalnya…
221.    J TIKE       : Jeng mala ‘kan sangat beruntung, engga ada salahnya bagi-bagi sedikit buat kita, temen – temen arisan, jeng mala. Boleh ya, jeng?
IBU – IBU MENGAKURI. AKHIRNYA..
222.    NY URIP   : (DENGAN TERPAKSA) ya…iya…
IBU-IBU BERTEPUK TANGAN DENGAN GEMBIRA.
223.    NY URIP   : Mbo’!
224.    BABU       : Inggih, nyonya!
225.    NY URIP   : panggilkan, tuan. Katakan bawakan tustel sekalian. Teman-teman saya ingin difoto di muka peti mati yang antic ini.
226.    BABU       : Baik, nyonya (BERGEGAS KELUAR)
SEMENTARA ITU TEMAN-TEMAN NY. URIP BERSIAP-SIAP UNTU BERFOTO. ADA YANG MEMPERBAIKI RAMBUT. RIAS MUKA, ADA YANG MEMBERESKAN LETAKPAKAIANNYA. PENDEK KATA MEREKA SANGAT SIBUK. SEMENTARA ITU NY. URIP TERMANGU-MANGU DISUDT LAIN. DIA TAMPAK MURAM. TUAN URIP KELUAR MENGENAKAN SARUNG DAN KOPIAH.TAMPAKNYA DIA HABIS SEMBAHYANG. DITANGANNYA ADA SEBUAH TUSTEL. IA MENCOBA TERSENYUM PADA TEMAN – TEMAN ISTRINYA. WAKTU PANDANGAN BERADU DENGAN ISTRINYA, TUAN URIP INGIN BERBICARA SESUATU. NAMUN ISTRINYA MEMBUANG MUKA…. KAWAN – KAWAN NY URIP MENYAMBUTNYA DENGAN RIANG.
227.     J TIKE      : Wakh… mas urip santri banget
228.    J MERRY  : Iya dong… wartawan santri.
SEMUANYA TERTAWA. KECUALI YANG DIPUJI DANISTRINYA.
229.    J PUSPA   : maaf ya mas urip kami menggangu’
230.    TN URIP   : akh… tidak apa-apa.
231.    J WITA     : Mas urip pandai sekali memilih oleh-oleh buat istri. Benar – benar suami idaman.
232.    IBU ANWAR: Wah jeng wita merayu.
233.    J MERRY  : Awas, rayuanmaut.
234.    J WITA     : (TERSIPU) itu ‘kan kenyataan.
SEMUA TERTAWA, KECUALI YANG DIPUJI DAN ISTRINYA.
235.     J PUSPA  : Ayo dong kita mulai. Mulai ya, mas urip?
236.    TN URIP   : Silahkan …. (MENGAMBIL POSISI UNTUK MEMOTRET)
237.    J TIKE       : Jeng mala? Man jeng mala? Kemari dong, jeng…. Kamu kok diem saja. Bantu kami dong, ngatur pose. Jeng mala ‘kan ahlinya.
238.    SEMUA    : Iya, jeng mala yang ngatur posenya
NYONYA URIP MENDEKAT DENGAN TERPAKSA. IA BENCI MELIHAT SUAMINYA.
239.     J MERRY : begini saja, kita foto bergantian dulu, nanti kita foto bersama-sama. Setuju?
TEMAN-TEMAN NYONYA URIP SETUJU. MEREKA BERGANTIAN BERFOTO DENGAN GAYA DAN LAGAKNYA MASING-MASING. JENG TIKE MENGAMBIL INISIATIF.
240.     J TIKE      : Begini suda bugus, jeng mala? (NYONYA URIP MENGANGGUK)
241.    J PUSPA   : senyumnya cuku, jeng? (NY URIP MENGGANGUK)
242.    J MERRY  : Artistiknya jeng? (NYONYA URIP MENGANGGUK)
243.    IBU MAKSUM: (SALAH TINGKAH) Begini… betul ya?
244.    J TIKE       : Ya, bagus bu.
245.    J WITA     : (FORMIL ) cepet mas 
246.    J TIKE       : Sekarang giliran yang terakhir, ibu anwar. Nama ibu anwar?
247.    IBU ANWAR: (DUDUK DI KURSI MENEKAN PERUT) maaf jeng sakit perut…. Saya kasit perut. Tidak usah difoto saja…aduh.
248.    J TIKE       : saying bu…. Ini kesepatan baik. Kapan lagi… (MEMBIMBINGIBU ANWAR KEMUKA PETI) Silahkan mas urip. (IBU ANWAR IFOTO DENGAN EKSPRESI MENAHAN SAKIT PERUT. MERINGIS)
249.    J PUSPA   : yo’… kitaberfoto bersama! (SEMUANYA BERJEJERDIBELAKANG PETI MATI) silahkan mas urip……
250.    J TIKE       : sekarang sebagai penutup. Nyonya dan tuan rumah berfoto bersama. Setuju ibu-ibu? (SEMUA TEMAN-TEMAN NYONYA URIP SETUJU) biar saya yang mengambil
251.    NY. URIP : akh, tidak usah. Kami nanti-nanti saja.
252.    J MERRY  : Ayo, mas urip, biar jeng tike yang mengambil.
MANUN KAWAN=KAWAN NYONYA URIP TETAP MEMAKSA. DEMIKINA JUGA KEADAAN TN URIP. MEREKA DIPERKOSA OLEH IBU=IBU TERSEBUT. MEREKA DISERET KEBELAKANG PETI MATI. KEDUA SUAMI ISTRI ITU TAMPAK CANGGUNG, SETELAH BUNYI CLIK! TEMAN-TEMAN NYONYA URIP BERTEPUK TANGAN. MEREKA MENGUCAPKAN TERIMA KASIH!
253.     J PUSPA  : terima kasih, jeng mala. Terima kasih, mas urip. Kalau fotonya sudah jadi tolong dikabari ya, mas? (TUAN URIP MENGANGGUK)
254.    BU MAKSUM: Bulan depan kita arisan dimana, jeng?
255.    J TIKE       : Biasa ……….. di rumah yang nerima bulan ini.
256.    J MERY     : Kalau begitu di rumahnya zus Maryati?
257.    SEMUA    : Ya, di rumahnya zus Maryati. Dag jeng Mala, kita pulang dulu. Monggo mas Urip ….
MEREKA PULANG RUANGAN SEPI LAGI. TUAN URIP MEMEGANG TUSTELNYA DENGAN LUNGLAI. BABU MEMBENAAHI MEJA.
258.    NY URIP   : Sunguh-sungguh sandiwara yang sukses! (SINIS CAMPUR KESAL)


ADEGAN 2
MASIH DI SEBUAH RUANG TAMU. ADA PETI MATI DISANA. PAK MARDI BERSAMA SEORANG DUKUN YANG BERTAMPANG JELEK, BOPENG NAMUN BERPAKAIAN RAPIH, BERKOPIAH. DUKUN TU BUKAN DUKUN YANG DI PESAN NY. URIP. DUKUN BOPENG ITU SUKA SEKALI TERSENYUM.
259.    NY. URIP :  Mana dukunnya, pak Mardi?
260.    P MARDI : Maaf, nyonya. Pak dukun langganan nyonya sedang pulang kampung. Katanya dua bulan lagi baru dia kembali. Tapi ini, Pak Openg dukun kesohor di kampung pada suka (PAK OPENG TERSENYUM) dia bisa segalanya, nyonya. Dari nulung orang beranak sampe nulung orang pengin kaya, pak Openg sanggup. Yang kepengen punya anak banyak juga dateng. Sakit gigi, pak Openg juga bisa tulung. (PAK OPENG TERSENYUM) …….. kebetulan pak Openg tinggalnya deket rumah adik saya, di kampung Padasuka, sana nya. Kalo nyonya tidak keberatan ………. Maap, nya. (PAK OPENG TERSENYUM. PAK MARDI TAMPAK KIKUK)
261.    NY. URIP : (SENYUM) Baiklah.
PAK OPENG MENGANNGUKAN KEPALA DAN TERSENYUM.
262.    NY. URIP : Pak Openg, kita mulai saja. Begini pak ……… saya ingin Pak Openg menjadi perantara           percakapan saya dengan wanita yang sudah mati yang kini berada dalam peti mati ini, itu fotonya ……….. (MENUNJUK KE ARAH FOTO BULE TERSEBUT). Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan. Kemudian saya minta pak Openg menyampaikan pada wanita itu. Setelah itu pak Openg katakana pada saya apa jawaban wanita itu. Juga sebaliknya. Paham, pak Openg? (PAK OPENG MENGANGGUK SAMBIL SENYUM) kita mulai sekarang.
263.    P MARDI : (BINGUNG) maap, nyonya, begini …………. Nya ……. Pak Openg ini bisu …. Tapi …. Tapi tidak tuli.
264.    NY. URIP : (KESAL) Kenapa tidak dikatakan dari tadi? Bagaimana pak Mardi ini, mana mungkin orang bisu ……
265.    PAK MARDI   : Maap, nyonya. Kalau boleh saya nolong nyonya. Saya pernah kerja empat taon di panti asuhan Tuna Wicara. Jadi saya pernah belajar bahasa orang bisu. Kalau boleh, saya akan menyampaikan pada nyonya apa yang di ucapkan pak Openg.
266.    NY. URIP : (KESAL) Tapi bagai mana caranya pak Openg menyampaikan pertanyaan-pertanyaan saya dan jawaban-jawaban wanita itu, sedangkan pak Openg bisu.
267.    P MARDI : (BINGUNG) bagaimana pak?
268.    DUKUN    : (SENYUM) hak … hik … nguk … ak … ik … (MENGGUNAKAN TANGAN. PENDEK KATA BICARA DALAM BAHSA BISU)
269.    P MARDI : Begini katanya, nyonya. (MENERJEMAHKAN PERKATAAN DUKUN ITU) itu gampang … saya disuruh jadi perantara nyonya, juga perantara wanita itu, yang akan masuk kedalam badan saya. Nyonya bisa bertanya langsung kepada saya. Begitu nyonya ……. (PAK OPENG MENGANNGUK. DIA TETAP SENYUM)
270.    NY. URIP : Baiklah kalau begitu kita mulai saja.
271.    DUKUN    : (PADA PAK MARDI) hak … hik … nguk … ak … iki … uk … (MENGGERAK-GERAKAN TANGANNYA. DALAM BAHASA BISU)
272.    P MARDI : Pak Openg minta sebuah anglo kecil lengkap dengan arang dan kemenyan. (MEMANDANG DUKUN)
273.    DUKUN    : (KURANG PUAS) hak .. hik .. nguk …
274.    P MARDI : O iya … juga air putih dan kembang. (DUKUN MENGANGUKAN KEPALA SAMBIL SENYUM)
275.    NY. URIP : Mbok, ambilkan cepat, di tempat biasa, menyan dn kembangnya ada di dapur …
276.    BABU       : Inggih, nyonya. (BERGEGAS KE BELAKANG)
SEMENTARA MENUNGGU BABU. DUKUN MENGATUR PAK MARDI BERDIRI DI MUKA PETI MATI. DUKUN JUGA MENGAMBIL FOTO WANITA BULE TERSEBUT. LALU DUKUN BERJALAN MENGELILINGI PETI MATI SAMBIL KOMAT-KAMIT MEMBACA DOA. SETELAH PESANANNYA BERES, DUKUN PUN DUDUK PERSIS DI BAWAH. PAK MARDI BERDIRI MEMEGANG FOTO WANITA BULE ITU. SEMENTARA ITU NYONYA URIP MENGIKUTI UPACARA ITU DENGAN SEKSAMA. TUAN URIP DI POJOK SANA MEMPERHATIKAN SAMBIL GELENG-GELENG KEPALA.
277.    DUKUN    : (MEMBCA MANTRA DALAM BAHASA BISU. BERIRAMA DAN MEMEKAKKAN TELINGA. ASAP MENGEPUL. DENGAN SUARA MAGIS DUKUN MENYEBAR-NYEBARKAN BUNGA DAN NYEMBUR-NYEMBUR) Auooo … hik byer…!@#$%^
PAK MARDI MULAI KEMASUKAN. BADANNYA GEMETAR. MATANYA TERPEJAM. IA MENGELUARKAN SUARA PELAN TAK BERARTI. DUKUN DENGAN BAHASA ISYARAT MEMPERSILAHKAN NY. URIP UNTUK BERTANYA. SUASANA MAGIS.
278.    NY. URIP : (KEPADA DUKUN) sudah bisa di mulai pak Openg? (DUKUN MENGANGGUK) hey, wanita bule. Siapa namamu?
SUNYI TIDAK ADA JAWABAN. NYONYA URIP MENGULANGI PERTANYAANNYA.
279.    BABU       : Kata tuan tadi namanya Margarette, nyonya.
280.    NY. URIP : Oya, saya lupa. Margarette, saya ingin berdialog dengan kau secara wanita dengan wanita. Bukan sebagai istri pertama dengan istri ke dua. Kita harus jujur dan terbuka dalam dialog ini. Paham …? Saya ingin mengajukan pertanyaan pertama, margarette mengapa engkau mencintai Urip?
TIDAK ADA JAWABAN KECUALI DESAHAN PAK MARDI.
281.    NY. URIP : Margarette mengapa engkau mecintai urip?
282.    P MARDI : cas ... cus … cuis … cuis … bret … bret … sssst.
283.    NY. URIP : Margarette, apa yang engkau katakana? Aku tidak mengerti!
284.    P MARDI : (BUNYI KENTUT) bret … bret … tut … ttuuuuu..tttt
285.    NY. URIP : (MARAH) Kurang ajar, kamu ngentuti saya, ya?
286.    P MARDI : (LEBIH KERAS) Ttttuuuuuutt … tuuut … pessssssss ….
287.    NY. URIP : (MARAH BESAR) Brengsek ! sudah merampok suami orang malah ngentuti ! (PADA DUKUN) Pak Openg, katakana pada wanita bule itu, dia harus minta maaf pada saya. Dia harus menghormati adat orang timur, tidak sopan kentut di muka khalayak.
SANG DUKUN BERDIRI. PAK MARDI TETAP SAJA BERGETAR. DUKUN MENYEMBURNYA. PAK MARDI SADAR. DUKUN BICARA PADANYA.
288.    DUKUN    : (PADA PAK MARDI) hak … hik … nguk … (DENGAN GERAK TANGAN)
289.    P MARDI : (LELAH) nyonya, kata pak Openg dia tak paham bahasa wanita itu. Jadi omongannya tidak klop.
290.    NY. URIP : (MARAH) kenapa tidak bilang dari tadi? Buang-buang waktu saja. Jadi bagaimana sekarang?
291.    DUKUN    : (PADA PAK MARDI) hak … hik … hukk … (DENGAN GERAK)
292.    P MARDI : Anu, nyonya. Pak Openg Tanya, wanita itu bangsa apa?
293.    NY. URIP : Saya tidak tahu, tapi dia berbahasa Inggris ….
294.    P MARDI : Jadi wanita itu ngomong Inggris …
295.    NY. URIP : (KESAL) Sudah aku katakana tadi. Sekarang bagaimana?
296.    P MARDI : (BINGUNG) bagaimana, pak Openg?
297.     DUKUN   : (SENYUM) hak… hiki… hukk… (DENGAN DERAK)
298.     P MARDI   : Pak openg Tanya, nyonya bisa bacara dalam bahasa wanita itu?
299.     NY. URIP   : (TERDIAM ) Tidak.
300.     TN URIP  : saya bisa kenapa?
301.     DUKUN   : (MEMANDANG TN URIP DENGAN SENYUM) hak… hik… hukk… (DENGAN GERAKAN)
302.     TN URIP  : (PADA PAK MARDI)    Apa katanya?
303.    P MARDI : Anu tuan, tuan mau nolong nyonya?
304.     TN URIP  : Menolong apa?
305.     DUKUN   : ( PADA PAK MARDI) hak… hi… huk..
306.     P MARDI   : Menolong nyonya jadi perantara
307.     NY URIP  : kau harus meakukan itu.
308.    TN URIP   : tapi aku harus tahu apa yang harus aku lakukan….
309.     NY URIP  : Kau ‘kan kenal baik dengan wanita bule itu.
TUAN URIP TERDIAM. RUANGAN SEPI SEJENAK
310.    TN URIP   : baiklah, aku akan mencoba.
311.     DUKUN   : (TERSENYUM. MENGANGGUK PADA TUAN URIP) huk… hik…hgak… (PADA TUAN URIP)
312.    P MARDI : tapi ada syaratnya, tuan?
313.    TN URIP   : apa syaratnya?
DUKUN KEMBALI MENGELILINGI PETI MATI. DIA MEMBACA MANTERA DENGAN KERAS SAMBIL MENYEMBUR-NYEMBUR DLL. AKHIRNYA….
314.     DUKUN   : (PADA PAK MARDI) hak.. hik… hukkk.. ( DENGAN GERAKAN)
315.     P MARDI   : (PADA TUAN URIP) roh – roh halus yang membantu pak openg bekerja mengajukan syarat… anu pak ( TERHENTI)
316.     NY URIP  : apa syaratnya, cepat katakana?
317.     P MARDI   : (SEMENTARA DUKUN TERUS BERJAMPI) syaratnya,,,(PAK MARDI TAKUT) syaratnya….
318.    TN URIP   : katakana cepat!
319.    P MARDI : Tuan harus menari dan menembang diatas peti mati sembari mengucapkan  pertanyaan-pertanyaan nyonya dalam bahasa inggris dalam keadaan telanjang bulat.
320.    TN URIP  : apa? Dalam keadaan bagaimana?
321.    P MARDI : (KETAKUTAN) telanjang bulat, tuan….
322.     TN URIP  : Gila ! tidak bisa!
SUASANA SUNYI. KECUALI DUKUN TENGAH MEMBACA MANTERA.
323.     TN. URIP   : Ini tidak mungkindik mala, Tuhan melarang perbuatan seperti ini. Ini syirik!
324.     NY. URIP   : (MARAH) sudah ku katakana jangan bawa-bawa nama Tuhan dalam masalah ini. Ini urusan aku dengan wanita bule gendakmu itu, titik!
325.    TN. URIP : (BERUSAHA SABAR) Dik Mala, tapi kau istriku. Istri yang aku nikahi secara Islam dengan sah. Kau harus mengerti itu. Kita bertanggung jawab atas kalimat syahadat yang kita ucapkan. Aku harus mempertanggungjawabkannya dihadapan Tuhan nanti… sebagai kepala keluarga aku berkewajiban menjauhkan istriku dari jalan yang sesat. Tuhan menitipkanmu padaku…
326.     NY. URIP   : (SINIS) bagus.. bagus sekali isi khotbahmu barusan. Jauh lebih bagus dibandingkan apa yang pernah aku dengar di TV. Ringkas, jelas dan berbobot… Tapia pa yang tlah kau perbuat suamiku yang saleh? Seharusnya engkau malu mengucapkan kata-kata yang sejuk seperti air telaga itu.
327.    TN. URIP : dik mala. Nasihat ini aku berikan karena engkau istriku. Karena aku sangat saying padamu… percayalah.
SUNYI KECUALI DUKUN YANG TELAH MENGHEMBUS MANTRANYA.
328.     NY. URIP   : (BERSIASAT) Baiklah, aku percaya bahwa engkau sangat saying padaku. Meskipun aku tak dapat melahirkan anak, engkau tidak pernah berusaha menceraikan diriku. Meskipun kalimat itu telah lama aku nantikan, aku tlah siap.
329.    TN. URIP : Dik Mala, aku tidak sejahat itu.
330.     NY URIP  : Jika begitu lakukanlah apa yang dikehendaki dukun itu. Dia tlah lama menunggu.
331.    TN. URIP : Dik Mala,? Pekerjaan itu sungguh-sungguh tidak masuk akal. Kita sebagai masyarakat modern sehrusnya tidak mempercayai hal-hal semacam itu.
332.    NY URIP  : (TERTAWA SINIS) Apa kau pikir kau tidak melakukan hal-hal yang masuk akal selama ini. Kepasrahanmu terhadap kenyataan pahit yang kita alami selama ini, dengan berkedok atas nama Tuhan, apakah itu termasuk perbuatan yang masuk akal?
333.    TN. URIP : ya…. Itu kebenaran agama. Itu iman…
334.     NY. URIP   : (MEMOTONG) Sudahlah. Aku bosan mendengarnya… kau harus melakukan permintaan dukun itu untukku, untuk istri yang katanya kau cintai. Barangkali kesediaanmu bisa menjadi buktirasa cintamu padaku.
SUNYI. TUAN URIP KEBINGUNGAN. IA BIMBANG, IA TERJEPIT.
335.     DUKUN   : (PADA PAK MARDI) Hak.. hik… huk…(DENGAN GERAK )
336.     P MARDI   : (PADA NYONYA URIP) Nyonya, kata pak openg, roh-roh halus itu minta jawaban segera.
337.     NY. URIP   : (PADA TUAN URIP) kau dengar itu?
338.     TN URIP  : (BINGGUNG) apa tidak ada cara lain? Atau syarat-sayaratnya diganti saja.
339.     DUKUN   : (PADA PAK MARDI) hak.. hik… huk…
340.     P MARDI   : kata roh-roh itu tidak bisa, tuan.
341.     TN URIP  : (MENDESAK) Apa tidak bisa dikurangi syarat-syaratnya? Cba kau tolong aku, pak mardi.
342.     DUKUN   : (PADA PAK MARDI) hak.. hik.. huk…
343.     P MARDI   : pak openg bilang sudah pas, tuan.
344.     NY. URIP   : ayolah cepat. Bukankah engkau mencintai aku?
345.     TN. URIP   : (BINGGUNG DAN SEDIH) Tapi… tapi tidak dik mala. Aku… baik… baiklah… ya Tuhan tunjukkanlah kami jalan yang benar..(BERJALAN KEARAH PETI MATI. NAIK KEATAS PETI MATI DAN MEMBUKA PAKAIANNYA)
346.    NY. URIP : pak openg, teruskan!
UPACARA DILANJUTKAN. NAMUN SETELAH TINGGAL CELANA DALAM SAJA YANG DIKENAKAN TUAN URIP. IA MEMOHON PADA DUKUN UNTUK MEMPERBOLEHKAN TETAP MENGGUNAKAN CELANA JALAN. AKHIRNYA PERMOHONAN TUAN URIP DIKABULKAN. UPACARA DIMULAI KEMBALI. DUKUN KEMBALI MEMBERI SISYARAT. NYONYA URIP BERTANYA….
347.    NY URIP  : Sudah bisa dimulai, pak? (PAK OPENG MENGANGGUK) Margaret, sayaingin berdialog denganmu secara wanita  dan wanita. Bukan sebagai istri pertama dan kedua. Kita harus jujur dan terbuka dalam dialog ini. Paham? Saya ingin mengajukan pertanyaan yang pertama, margarette mengapa engkau mencintai urip?
DITERJEMAHKAN DAN DITEMBANGKAN SAMBIL MENARI, KALIMAT DEMI KALIMAT APA YANG DIUCAPKAN ISTRINYA. SEMENTARA ITU DUKUN MEMBACA MATEREA DENGAN KERAS SERASI DENGAN TEMBANG TUAN URIP. BABU IKUT TERANGSANG UNTUK IKUT BERTEPUK TANGAN. SUASANA MAGIS. ASAP MENGEPUL. NYONYA URIP MENGIKUTI UPACARA ITU DENGAN SEKSAMA.
348.     TN URIP  : (DITEMBANGKAN) Margarette, I want to have a word with you, I want to talk to you as one woman to another. Not as a first wife to the second wife.  And I think we should be hones and open in this dialogue. Do you get it? My first question, margarette, why do you love urip?
349.     P MARDI   : (KOMAT KAMIT BERDESAH) aufff… pesss
350.     NY. URIP   : Apa yang kau katakana, margarette?
351.     TN URIP  : (DITEMBANGKAN) why do you speak, margarette?
TANPA  SEPENGETAHUAN MEREKA. TELAH MASUK KEDALAM RUANG TAMU ITU. DUA ORANG LAKI-LAKI SEREM MENENTENG SEBUAH TAS BESAR. MEREKA MEMPERHATIKAN TINGKAH LAKU KELUARGA URIP.
352.    LK2 SEREM1,2: (dengan suara keras) Spada! (masih belum      terdengar) Spada!!
353.    NY. URIP : ( kaget ) Siapa Anda? (Marah) Mengapa Anda  tanpa izin masuk kedalam rumah kami?
UPACARA TERHENTI.SEMUA MEMPERHATIKAN KEDUA LAKI-LAKI SEREM ITU. PAK MARDI MASIH BELUM SADAR. SETELAH DISEMBUR DIAPUN SADAR. TUAN URIP BERUSAHA MERAIH PAKAIANNYA.
354.    KL2 SEREM: apakah ini rumah Dr. R. Urip Suwondo yang pernah tinggal di Manila?
355.    NY. URIP : bukan! Ini ruang tamu rumah tuan Dr. R. Urip Suwondo yang pernah tinggal di Manila.
356.    TN. URIP : ( sambil mengenakan pakaiannya )Ya, Anda telah berada dalam ruang tamu rumah saya. Tapi anda telah berlaku tidak sopan.
357.    NY. URIP : Apa maksud anda memasuki rumah kami tanpa izin?
SELAMA TUAN DAN NYONYA URIP BICARA. KEDUA LAKI-LAKI SEREM IU ACAPKALI CLINGAK CLINGUK. SEPERTI BURONAN.
358.    LK2 SEREM1  : Jadi kalau begitu, betul?
359.    NY. URIP    : Begitulah.
360.    LK SEREM2: ( menunjuk arah peti mati )Apakah peti mati itu kiriman dari Manila ?
361.    NY. URIP : ( RAGU. MENCOBA MENERKA MAKSUD PERTANYAAN ITU) Ya, Ya.. Ada apa? Apa hubungannya dengan anda?
362.    LK SEREM1: ( saling mengangguk pada kawannya ) Begini Nyonya, Petugas Pelabuhan telah salah alamat mengirimkan peti mati ke alamat nyonya. Seharusnya peti mati itu dikirimkan dari Manila kepada kami berdua. Kami telah mengurusnya dan menceknya pada petugas pelabuhan. Petugas pelabuhan mengakui telah salah mencantumkan alamat barang kiriman ini. Maaf nyonya, kami ingin mengambilnya sekarang waktu kami sangat sempit. ( CLINGAK CLINGUK)
363.    NY. URIP : ( bengong sejenak ) Tidak mungkin petugas pelabuhan salah kirim. Bukti-bukti pengirimannya sangat jelas. Semuanya persis……….
364.    LK SEREM 1: Mungkin saja mereka salah, nyonya. Ini buktinya .... (MEMPERLIHATKAN SECARIK KERTAS )
NYONYA URIP MEMBACANYA. IA AGAK TERPERANJAT
365.    NY. URIP : ( MENGAMBIL SURAT WASIAT ) Tapi surat wasiat ini ditujukan pada suami saya. Surat wasiat ini datang bersama peti mati itu. Dan bukti-bukti yang ada sudah menjelaskan bahwa mayat bule dalam peti ini, istri suami saya di Manila.
366.    LK SEREM 2: ( TERGESA ) Nyonya telah salah. Isi peti mati tersebut bukan mayat seorang wanita bule. Melainkan mayat adik laki-laki saya bernama Yessi Anwar dia seorang pelaut. Dia mati dalam perkelahian di Manila waktu kapalnya singgah di Philipina.
367.    NY. URIP : Tidak mungkin. Isi peti mati ini mayat seorang wanita bule bernama Margarette, istri suami saya di Manila. Wanita bule tersebut mati lantaran penyakit perut. ( KEPADA SUAMINYA )Begitu’ kan?
368.    TN. URIP         : ( GUGUP SERBA SALAH ) Buk..betul.
369.    L SEREM1: ( BERBISIK PADA KAWANYA ) Jadi nyonya tidak mau menyerahkan peti mati itu pada kami?
370.    NY. URIP    : ( TEGAS ) Tidak !!
371.    L serem 1: ( MENGUNUS PISAU ) Kalau begitu kami akan melakukannya dengan kekerasan. Waktu kami sempit. ( KEPADA KAWANYA) Cepat pindahkan isinya...
LAKI SEREM 1MENDEKATI NYONYA URIP. KAWANYA BERGEGEAS MENUJU PETI MATI. TIBA- TIBA TUTUP PETI MATI TERLEMPAR.

DARI DALAM MUNCUL ANGGOTA POLISI BERPAKAIAN SETENGAH PREMAN, MENODONGKAN PISTOL KE ARAH LAKI – LAKI SEREM ITU. SEMUA TERKESIMA.
372.    POLISI      : angkat tangan ! kami polisi ! jika bergerak kami tembak !
LAKI – LAKI SEREM ITU MEMATUHI PERINTAH POLISI. LALU POLISI ITU KELUAR DARI PETI SAMBIL MEMBAWA BORGOLl. SETELAH SELESAI UPACARA PEMBORGOLAN, DUA ORANG POLISI  LAINYA MASUK MENYERBU.
373.    POLISI      : Kami ingin menjelaskan pada Nyonya dan Tuan Urip tentang duduk persoalannya. Kedua orang ini adalah anggota sebuah sindikat penyelundupan narkotik yang sangat membahayakan negara. Telah lama kami mengikuti jejak mereka. Mereka sangat lihay. Mereka menggunakan berbagai cara untuk menyelundupkan narkotik. Salah satu cara yang kerap mereka gunakan adalah dengan menyelundupkannya lewat peti mati, untuk mengelabuhi petugas pelabuhan. Namun siasat tersebut telah berhasil kami ketahui sebelumnya. Lalu kami ganti isi peti mati yang berisi narkotik yang hendak mereka selundupkan dengan petugas polisi. Dalam hal ini kami diberi tugas oleh atasan kami memimpin operasi ini.
374.    TN URIP      : Tapi apa hubungannya dengan keluarga kami?
375.    POLISI         : Begini, tuan Urip.. ternyata sindikat narkotik ini sangat lihay. Mereka telah lama mengamat-amati tuan Urip beserta keluarga, semenjak tuan Urip berada di Manila. Mereka mengatur sedemikian rupa, seolah-olah narkotik yang mereka selundupkan dalm peti mati itu adalah mayat seseorang, dalam hal ini mereka membuat seolah-olah istri tuan Urip telah meninggal di Manila. Tentu saja ha tersebut tidak benar. Sabagai alasan pengiriman peti mati tersebut mereka membuat surat wasiat palsu. Dan selanjutnya untuk memperlancar perjalanan peti mati itu, mereka melampirkan sebuah Visum Repertum dari seorang dokter, yang menyatakan bahwa kematian nyonya Urip disebabkan penyakit menular, dengan perhitungan petugas kepolisian akan enggan membuka dan memeriksa isi peti mati tersebut. Ternyata tidak. Petugas pelabuhan telah menyiapkan tim dokter untuk tugas itu. Karena pihak kepolisian yang bekerja sama dengan petugas pelabuhan telah mencium siasat mereka, setelah setelah memindahkan isi peti mati dan membuat beberapa lubang pada sisi-sisinya, untuk jalan masuk udara bagi petugas polisi yang berada di dalamnya. Kemudian peti mati tersebut kami biarkan lolos hingga ke tempat penitipan ini.
376.    TN/NY URIP: ( TERPERANJAT ) Apa? Tempat penitipan??
377.    POLISI      : Tuan dan Nyonya tidak perlu khawatir. Pihak kepolisian telah mengetahui bahwa keluarga Tuan Urip tidak tahu-menahu tentang sindikat nerkotik tersebut. ( TUAN DAN NYONYA URIP MERASA LEGA ) Keluarga nyonya Urip telah diperalat oleh sindikat tersebut tanpa sepengetahuan Tuan Urip. Mereka telah menggunakan nama dan alamat Tuan Urip hanya sebagai tempat penitipan.
378.     BABU      : ( NAIK DARAH. MEMUKULI AKI-LAKI SEREM) Edan tenan !! Bikin geger !!
379.    POLISI      : ( MENCEGAH ) Jangan.... jangan saudari. Saudari tidak perlu main hakim sendiri ( SAMBIL TERSENYUM). Mereka akan diadili berdasarkan hukum yang berlaku.
380.    TN. URIP :Jika polisi sebelumnya telah mencium perbuatan mereka, mengapa dalam operasi ini tidak memberi tahu kami sebelumnya?
381.    POLISI      : Maaf, kami khawatir tuan sekeluarga kurang dapat berperan sebaik seperti sekarang ini. Jika sebelumnya kami beritahu. Kami ingin menumpas sindikat ini sampai ke akar-akarnya. (SIKAP SEMPURNA) Untuk segala bantuan keluarga tuan, atas nama angkatan kepolisian, kami mengucapkan banyak – banyak terima kasih. Keluarga tuan telah menjadi pahlawan pembangunan dan negarawan yang berbakti pada negara. (MENJABAT TANGAN TUAN DAN NYONYA URIP) kami mohon diri. (KEPADA PAK OPENG DAN PAK MARDI). Bapak berdua kami minta untuk ikut denagn kami ke markas. Ada beberapa keterangan yang kami butuhkan...(PAK OPENG DAN PAK MARDI MELOLONG KETAKUTAN, KEDUANYA DIGIRING KE KANTOR POLISI)
POLISI MENGGIRING BURONANNYA. HADIRIN BENGONG MELOMPONG...
382.    BABU       : (NGOMEL) polisi buta!
383.    TN URIP   : (SINIS) petugas-petugas negara itu telah melaksanakan tugasnya dengan sangat manusiawi






SELESAI